Pages

Jumat, 24 Juni 2011

Becak dan Pak tua

Tidak ada kata lelah, tidak ada istilah pensiun bagi mereka yang berprofesi sebagai penarik becak, di usia renta pun dengan terpaksa memeras keringat hanya untuk menghidupkan keluarga yang dia miliki.

Sebelum adanya becak denga tenaga motor, becak menjadi salah satu transportasi jarak dekat yang cukup efektif. Kita tidak di ganggu dengan suara bising motor yang terkadang berbunyi keras, tapi dengan celoteh sang penarik becak tua menghibur ngalor ngidul. Dalam obrolan sang penarik becak dayung, tak jarang saya menemukan cerita unik dan menghibur. “Soal uang itu biasa, manusia tidak akan pernah puas.”
Penarik becak, pak tua.

Penarik becak, renta di jalanan

Becak ini telah menjadi teman setia dari usia muda, begitu pula anak jalanan yang telah hafal dengan raut muka yang semakin tua. Jangan bilang bahwa Pak Tua tidak memiliki tanggungan, bahkan anaknya sempat menjalani skripsi di salah satu Universitas. Jenjang ekonomi bukan pembatas yang pasti tak akan membuat keringatnya mengering seketika. Dengan becak tua kesayangan yang sudah menemani lebih dari 20 tahun, miskin dan masalah keuangan bukan hal yang harus dibesar besarkan.

Profesi itu dijalani dengan hati ikhlas, bukan dengan pesimis yang terkadang iri dengan profesi orang lain. Pak Tua mungkin salah satu penarik becak dayung yang miskin dan kian tersingkir dengan adanya becak bermotor, itu bukan menjadi kendala baginya. Diantara pelanggan becak, masih ada yang merindukan celoteh Pak Tua di atas becak tua nya.

Kita bukan bicara miskin ataupun kurang manusiawi saat menaiki becak yang ditarik oleh seorang tua renta. Kita bicara tentang profesi dan sosialisasi terhadap orang lain, dalam hal ini pelanggan.

Masalah miskin tak akan ada habisnya, masalah profesi banyak yang salah jalan. Sadari dan kenali diri bahwa kemampuan saya hanya menarik becak.

Inilah hidup yang memberikan kesempatan baginya untuk mencoba jalan hidup lain. Semasa muda berbagai usaha telah dijalankan, tapi itu bukan berdasarkan kemampuan hingga akhirnya berakhir diatas sebuah becak.

Miskin, Tapi Bukan Miskin
Bahkan banyak orang berkecukupan tapi dirinya terlihat miskin, berbagai cara dilakukan walaupun harus menempuh jalan haram. Miskin hanya sebutan bagi mereka yang tidak berkecukupan, tapi bukan miskin jiwa dan semangat. Penarik becak miskin seolah tak pernah mengeluh walau kondisi alam kurang mendukung. Dia kaya dengan semangat dan tetap terus bekerja di bawah terik matahari dan derasnya hujan. Miskin itu datang ketika hati merasa tak pernah puas. Pak Tua bangga dengan celoteh harian walaupun keringat bercucuran, menikmati profesi ternyata tak berat bahkan mampu mencukupi kebutuhan keluarga.
Dan saya, tak akan pernah sanggup menyebut Pak Tua sebagai seorang yang miskin.

Ini lah kehidupan, kita di dunia tidak sendiri masih banyak orang kurang mampu yang membutuhkan kita, kita di dunia saling membutuhkan kita di dunia ini adalah satu walaupun berbeda-beda.
Mereka masih berjuang walau mereka tau itu tak akan bearti apa-apa. Jadikan cerita di atas sebagai motivasi kalian kita untuk lebih menghargai arti-arti dari nilai kehidupan. Jangan hanya puas dengan sesuatu yang belum pasti akan berakhir bahagia. Namun kembangkan dan belajar lah lebih keras lagi. Kalian tahu bukan uang atau materi yang di inginkan orang tua kita nanti. Melainkan senyum bahagia yang terpancar di muka kalian. :)

sumber dari kaget.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar